Keolahragaan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022
Kerangka Peraturan
- JUDULUNDANG-UNDANG REPUBLIK IND ONESIA NOMOR 11 TAHUN 2022 TENTANG KEOLAHRAGAAN
- PEMBUKAAN
- a. bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah…
- b. bahwa untuk mening katkan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia,…
- c. bahwa keolahragaan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan olahraga,…
- d. bahwa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional…
- e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,…
- Pasal 20 dan Pasa l 28C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia…
- BATANG TUBUH
- Pasal 1Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Olahraga adalah segala…
- Pasal 2Keolahragaan diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar…
- Pasal 3Keolahragaan berfungsi mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial…
- Pasal 4Keolahragaan bert ujuan untuk: a. memelihara dan meningkatkan kesehatan…
- Pasal 5Keolahragaan diselenggarakan dengan prinsip: a. kebangsaan; b. gotong…
- ayat (1)Pemerintah Pusat mempunyai tugas: a. menetapkan dan melaksanakan…
- ayat (2)Kebijakan Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam…
- ayat (3)Pemerintah Daerah mempunyai tugas: a. menetapkan dan melaksanakan k…
- ayat (4)Pemerintah Daerah melaksanakan kebijakan Keolahragaan den gan mempertimbangkan…
- Pasal 15Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk mewujudkan…
- Pasal 16Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah…
- Pasal 17Ruang lingkup Olahraga meliputi kegiatan: a. Olahraga pendidikan; b. Olahraga…
- ayat (1)Olahraga pendidikan sebagaimana dim aksud dalam Pasal 17 huruf a…
- ayat (2)Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan , baik pada…
- ayat (3)Olahraga pendidikan dimulai dari usia dini dengan berpedoman pada taraf pe…
- ayat (4)Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada setiap…
- ayat (5)Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan nonformal dapat dilaksanakan dengan…
- ayat (6)Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada guru/dosen Olahraga dan dapat…
- ayat (7)Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
- ayat (6)berkewajiban menyiapkan Prasarana Olahraga dan Sarana Olahraga pendidikan…
- ayat (8)Setiap satuan pendidikan perlu melakukan kejuaraan Olahraga dan/atau f estival…
- ayat (9)Kejuaraan Olahraga dan/atau festival Olahrag a satuan pendidikan sebagaimana…
- ayat (1)Olahraga Masyarakat dapat dilaksanakan oleh Setiap Orang, satuan pendidikan,…
- ayat (2)Olahraga Masyarakat bertujuan untuk: a. membudayakan aktivitas fisik; b.…
- ayat (3)Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat berkewajiban menggali,…
- ayat (4)Setiap Orang yang menyelenggarakan Olahraga Masyarakat tertentu yang mengandung…
- ayat (5)Olahraga Masyaraka t sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memenuhi…
- ayat (6)Setiap Orang yang melakukan Olahraga Masyarakat dapat membentuk per kumpulan…
- ayat (7)Perkumpulan Olahraga Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat…
- ayat (8)Pembentukan perkumpulan Olahraga Masya rakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6)…
- ayat (1)Olahraga Prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan…
- ayat (2)Olahraga Prestasi dilakukan oleh Setiap Orang yang memiliki bakat, kemampuan,…
- ayat (3)Olahraga Prestasi dilaksanakan melalui pembinaan terpadu, berjenjang, dan berke…
- ayat (4)Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat berkewajiban…
- ayat (5)Untuk memajukan Olahraga Prestasi, Pemeri ntah Pusat, Pemerintah Daerah,…
- ayat (1)Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membina dan mengembangkan Olahraga yang…
- ayat (2)Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dalam lingkup…
- ayat (3)Dalam melakukan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap berorientasi…
- ayat (4)Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didorong untuk mendukung…
- ayat (5)Olahraga sebagaimana dima ksud pada ayat (1) diselenggarakan dengan…
- ayat (6)Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan Olahragawan pada setiap kegiatan…
- ayat (1)Pembinaan dan pengembangan Olahraga dilaksanakan sebagai bagi an integral dari…
- ayat (2)Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan dan…
- ayat (3)Pembinaan dan pengembangan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput…
- ayat (4)Pembinaan dan pengembangan Olahraga dilakukan secara sistematis melalui tahap…
- ayat (5)Pembinaan dan pengembangan Olahraga dilaksanakan melalui jalur keluarga, jalur…
- ayat (6)Pembinaan dan pengembangan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 5)…
- Pasal 23Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengembangan Olahraga melalui…
- Pasal 25Lembaga pemerintah maupun swasta berkewajiban menyelenggarakan pembinaan dan…
- ayat (1)Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan…
- ayat (2)Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan dilaksanakan melalui pembelaj…
- ayat (3)Pembinaan dan pe ngembangan Olahraga pendidikan pada semua jenjang pendidikan…
- ayat (4)Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan dilaksanakan dengan…
- ayat (5)Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat…
- ayat (6)Untuk menumbuhkembangkan Prestasi Olahraga di lembaga pendidikan, pada setiap…
- ayat (7)Unit kegiatan Olahraga, klub Olahraga, kelas Olahraga, pusat pembinaan dan…
- ayat (8)Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan dapat menerapkan pendekatan…
- ayat (9)Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan bagi semua peserta didik wajib…
- ayat (10)Peserta didik yang melaksanakan dan mengembangkan minat dan bakat Olahraga…
- ayat (1)Pembinaan dan pengem bangan Olahraga Masyarakat merupakan bagian integral dari…
- ayat (2)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Masyarakat dilaksanakan dan diarahkan untuk…
- ayat (3)Pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) dilaksanakan…
- ayat (4)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Masyarakat yang bersifat tradisional…
- ayat (5)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Masyarakat dilaksanakan berbasis Masyarakat…
- ayat (6)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Masyarakat dilaksanakan sebagai upaya…
- ayat (7)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) sampai dengan ayat ( 6)…
- ayat (1)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk…
- ayat (2)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (3)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (4)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi selain dilaksanakan melalui jalur…
- ayat (5)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (6)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (…
- ayat (7)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (8)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi harus didukung oleh kerja sama…
- Pasal 29Pembinaan dan pengembangan Olahraga Amatir dilaksanakan dan diarahkan se suai…
- ayat (1)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas dilaksanakan dan…
- ayat (2)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas dilaksanakan oleh…
- ayat (3)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud…
- ayat (4)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas diselenggarakan…
- ayat (5)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas dilaksanakan oleh…
- ayat (6)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas menerapkan model…
- ayat (7)Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud…
- Pasal 32Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengembangan Olahraga sebagaimana…
- Pasal 34Pemerintah Daerah provinsi melaksanakan kebijakan Keolahragaan melalui…
- ayat (1)Untuk kepastian hukum perlindungan bagi Olahragawan dan Pelaku Olahraga dalam…
- ayat (2)Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat…
- ayat (3)Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat…
- ayat (4)Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai…
- ayat (5)Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) mempunyai…
- ayat (6)Pemerintah Pusat memberikan bantuan pendanaan kepada Induk Organisasi Cabang…
- ayat (7)Pemerintah Daerah memberikan hibah kepada Induk Organisasi Cabang Olahraga yang…
- ayat (8)Bantuan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
- ayat (6)dan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 7) diberikan sesuai dengan kemampuan…
- ayat (9)Mekanisme pemberi an bantuan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan…
- ayat (1)Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 membentuk…
- ayat (2)Pengorganisasian komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (3)Induk Organisasi Cabang Olahraga dan komite olahraga nasional sebagaimana…
- ayat (1)bersifat mandiri dan dikelola secara profesional oleh pengurus yang memiliki…
- ayat (4)Komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas: a.…
- ayat (5)Komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai…
- ayat (1)Pengelolaan Olahraga di provinsi dilakukan oleh Pemerintah Daerah provinsi…
- ayat (2)Komite olahraga nasional di provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (3)Komite olahraga nasional di provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (4)Pengorganisasian komite olahra ga nasional di provinsi sebagaimana dimaksud…
- ayat (1)Pengelolaan Olahraga di kabupaten/kota dilakukan oleh Pemerintah Daerah…
- ayat (2)Komite olahraga nasional di kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (3)Komite olahraga nasional di kabupaten/kota sebaga imana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (4)Pengorganisasian komite olahraga nasional di kabupaten/kota sebagaimana…
- Pasal 41Pengurus komite olahraga nasional, komite olahraga nasional di provinsi, dan…
- Pasal 42Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Keolahragaan sebagaimana dimaksud…
- Pasal 43Setiap penyelenggaraan kejuaraan Olahraga yang dilaksanakan oleh Pemerintah…
- Pasal 44Penyelenggaraan kejuaraan Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43…
- ayat (1)Keikutsertaan Indonesia dalam pekan Olahraga internasional sebagaimana dimaksud…
- ayat (2)Keikutsertaan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh…
- ayat (3)Komite olimpiade Indonesia dan komite paralimpiade Indonesia meningkatkan dan…
- ayat (4)Komite olimpiade Indonesia bekerja sesuai dengan peraturan International…
- ayat (5)Komite olimpiade Indonesi a ikut membantu Pemerintah Pusat dalam pengawasan…
- ayat (6)Komite olimpiade Indonesia berkewajiban unt uk menjalankan diplomasi Olahraga…
- Pasal 46Penyelenggaraan kejuaraan Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44…
- Pasal 48Penyelenggaraan kejuaraan Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44…
- Pasal 52Penyelenggara kejuaraan Olahraga wajib memenuhi persyaratan teknis kecabangan,…
- Pasal 53Penyelenggara kejuaraan Olahraga seb agaimana dimaksud dalam Pasal 52 dikena i…
- ayat (1)Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang mendatangkan langsung massa penonton…
- ayat (2)Penyelenggara kejuaraan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib…
- ayat (3)Setiap Orang dan/atau badan hukum asing dapat menyelengg arakan kejuaraan…
- ayat (4)Penyelenggara kejuaraan Olahraga wajib memperhatikan hak penonton dalam setiap…
- ayat (5)Hak penonton sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melipu ti: a. mengekspresikan…
- ayat (6)Setiap penonton dalam kejuaraan Olahraga wajib memperhatikan nil ai…
- ayat (1)Dalam penyelenggaraan kejuaraan Olahraga terdapat Suporter Olahraga yang…
- ayat (2)Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud pad a ayat
- ayat (1)membentuk organisasi atau badan hukum Suporter Olahraga dengan mendapat…
- ayat (3)Organisasi atau badan hukum Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (…
- ayat (4)Pengurus organisasi atau badan hukum Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud…
- ayat (5)Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat
- ayat (2)memiliki hak: a. mendapatkan perlindungan hukum, baik di dalam maupun di luar…
- ayat (6)Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat
- ayat (2)memiliki kewajiban: a. mendaftarkan diri menjadi anggota organisasi atau badan…
- ayat (7)Suporter Olahraga dapat berperan serta mendukung pengembangan Industri Olahraga…
- Pasal 56Ketentuan lebih lanjut mengenai komite olimpiade Indonesia, komite paralimpiade…
- Pasal 68Pembina Olahraga warga negara asing yang bertugas dalam setiap Organisasi…
- ayat (1)Tenaga Keolahragaan terdiri atas pelatih, asisten pelatih, guru/dosen, wasit,…
- ayat (2)Tenaga Keolahragaan yang bertugas dalam setiap Organisasi Olahraga dan/atau…
- ayat (3)Tenaga Keolahragaan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan…
- ayat (4)Pengadaan Tenaga Keolahr agaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan…
- Pasal 70Tenaga Keolahragaan dalam melaksanakan profesinya berhak untuk mendapatkan: a.…
- Pasal 71Tenaga Keolahragaan asing yang bertugas pada setiap Organisasi Olahraga…
- Pasal 72Ketentuan lebih lanjut mengenai alih status Olahragawan, Olahragawan…
- ayat (1)Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat ber tanggung jawab atas…
- ayat (2)Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan, mengelola, dan…
- ayat (3)Jumlah dan jenis Prasarana Olahraga yang dibangun wajib mempertimbangkan…
- ayat (4)Prasarana Olahraga yang dibangun di daerah wajib memenuhi jumlah dan standar…
- ayat (5)Badan usaha yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan dan…
- ayat (6)Badan usaha yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan dan permukiman…
- ayat (7)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan Prasarana Olahraga dan…
- ayat (8)Setiap Orang dilarang meniadakan dan/atau mengalihfungsikan Prasarana Olahraga…
- ayat (9)Ketentuan mengenai tata cara peniadaan dan/atau pengalihfungsian Prasarana…
- ayat (1)Pemerintah Pusat membina dan mendorong pengembangan industri Sarana Olahraga…
- ayat (2)Setiap Orang atau badan usaha yang memproduksi Sarana Olahraga wajib memperha…
- ayat (3)Sarana Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diproduksi,…
- ayat (4)Produsen wajib memberikan informasi tertulis mengenai bahan baku, penggunaan,…
- ayat (5)Perlakuan bea masuk, pajak pertam bahan nilai, dan pajak penjualan atas barang…
- ayat (6)Ketentuan lebih lanjut mengenai Sarana Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat…
- Pasal 76Perusahaan perseroan terbatas/badan usaha berperan serta dalam menyediakan dana…
- ayat (1)Sumber pendanaan Keolahragaan ditentukan berdasarkan prinsip kecukupan dan…
- ayat (2)Perencanaan pendanaan Keolahragaan didasarkan atas kebutuhan, program , dan…
- ayat (3)Sumber pendanaan Keolahragaan dapat diperoleh dari: a. anggaran pendapatan dan…
- ayat (4)Menteri dapat menyalurkan pendanaan Olahraga kepada komite olahraga nasional,…
- Pasal 83Pengaturan pajak bagi Setiap Orang yang memberikan dukungan dana unt uk…
- ayat (1)Pemerintah Pusat, Pemerin tah Daerah, dan/atau Masyarakat melakukan…
- ayat (2)Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat memberdayakan lembaga…
- ayat (3)Hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan sebagaimana…
- ayat (4)Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi…
- ayat (1)Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan data untuk…
- ayat (2)Sistem data Keolahragaan Nasional terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)…
- ayat (3)Sistem data Keolahragaan Nasional terpadu bertuju an untuk: a. pemetaan…
- ayat (4)Data Keolahragaan Nasional terp adu dikelola oleh Pemerintah Pusat dengan…
- ayat (5)Masyarakat dapat memberikan informasi dan data Keolahragaan ke dalam sistem…
- ayat (6)Pembentukan, pengelolaan, dan pengembangan sistem data Keolahragaan Nasional…
- ayat (1)Masyarak at memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan…
- ayat (2)Peran serta Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan…
- ayat (3)Masyarakat dapat berperan sebagai sumber, pelaksana, tenaga sukarela,…
- ayat (4)Masyarakat ikut serta mendorong upaya Pemb inaan dan Pengembangan Keolahragaan.
- Pasal 90Setiap pelaksanaan Industri Olahraga yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,…
- ayat (1)Industri Olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang diproduksi,…
- ayat (2)Selain berbentuk prasarana dan sarana, Industri Olahraga dapat berbentuk jasa…
- ayat (3)Industri Olahraga sebag aimana dimaksud pada ayat
- ayat (2)diarahkan untuk pengembangan wisata Olahraga.
- ayat (4)Pelaksanaan Industri Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)…
- ayat (5)Masyarakat yan g melakukan usaha Industri Olahraga dapat bekerja sama dengan…
- ayat (6)Dalam melaksanakan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) , Masyarakat…
- ayat (7)Masyarakat yang melakukan usaha industri jasa Olahraga memperhatikan…
- ayat (1)Standar Nasional Keolahragaan meliputi: a. standar kompetensi Tenaga…
- ayat (2)Standar Nasional Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus…
- ayat (3)Standar N asional Keolahragaan digunakan sebagai acuan pengembangan…
- ayat (4)Pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian Standar Nasional…
- ayat (1)Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan dan peringkat program…
- ayat (2)Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan membe rikan…
- ayat (3)Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria objektif yang bersifat terbuka.
- ayat (4)Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , ayat (2), dan ayat (3)…
- ayat (1)Sertifikasi dilakukan untuk memberikan pengakuan atas pemenuhan Standar…
- ayat (2)Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menentu kan: a.…
- ayat (3)Hasil sertifikasi berbentuk sertifikat kompetensi dan sertifikat kelayakan yang…
- ayat (4)Sertifikat kompetensi diberikan kepada seseorang sebagai pengakuan setelah…
- ayat (5)Dalam mengeluarkan sertifikat kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),…
- ayat (6)Sertifikat kelayakan diberikan kepada Organisasi Olahraga, Prasarana Olahraga,…
- ayat (7)Sertifikasi diselenggarakan dengan prinsip obyektif, transparan, mudah, dan…
- Pasal 96Pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standardisasi, Akreditasi,…
- Pasal 97Ketentuan lebih lanjut mengenai standardisasi, Akreditasi, dan Sertifikasi…
- ayat (1)Setiap I nduk Organisasi Cabang Olahraga, lembaga/Organisasi Olahraga nasional,…
- ayat (2)Pemerintah Pusat membantu pendanaan organisasi anti-Doping nasional untuk…
- ayat (3)Organisasi anti-Doping nasional sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) merupakan…
- ayat (4)Pendanaan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan organisasi anti-Doping…
- ayat (5)Ketentuan mengenai struktur organisasi, kepengurusan, wewenang, tanggung jawab…
- ayat (1)Setiap Olahragawan, Pelaku Olahraga, Organisasi Olahraga, lembaga pemerintah,…
- ayat (2)Penghargaan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh…
- ayat (3)Pemberian Penghargaan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan…
- ayat (4)Penghargaan Olahraga dapat berbentuk pemb erian kemudahan, beasiswa, pekerjaan,…
- ayat (5)Pemberian Penghargaan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 4) oleh…
- ayat (6)Pemberian Penghargaan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa…
- ayat (7)Pemerintah Pusat menetapkan standar pemberian Penghargaan Olahraga.
- ayat (8)Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian, bentuk, pelaksanaan pemberian, dan…
- ayat (1)Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat melakukan pengawasan…
- ayat (2)Pengawasan sebagaimana dimaksud pa da ayat (1) dilakukan dengan prinsip…
- ayat (3)Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan…
- ayat (4)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan sebagaimana dimaksud pada…
- ayat (1)Penyelesaian sengketa Keolahragaan diupayakan melalui musyawarah dan mufakat…
- ayat (2)Dalam hal musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak…
- ayat (3)Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui: a.…
- ayat (4)Dalam hal mediasi dan konsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan…
- ayat (5)Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilaksanakan…
- ayat (6)Pemerintah Pusat memfasilitasi pembentukan badan arbitrase Keolahragaan…
- Pasal 104Olahraga rekreasi atau yang disebut dengan nama lainnya yang sudah ad a pada…
- Pasal 106Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan peraturan…
- Pasal 107Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua)…
- Pasal 108Pemerintah Pusat harus melaporkan pelaksanaan Undang- Undang ini kepa da Dewan…
- Pasal 109Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005…
- Pasal 110Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- PENUTUP
UNDANG-UNDANG REPUBLIK IND ONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2022
TENTANG
KEOLAHRAGAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang | : |
|
---|
Mengingat | : | Pasal 20 dan Pasa l 28C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; |
---|
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan | : | UNDANG-UNDANG TENTANG KEOLAHRAGAAN . |
---|
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
Olahraga adalah segala kegiatan yang melibatkan pikiran, raga, dan jiwa secara terintegrasi dan sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, sosial , dan budaya .
Keolahragaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan Olahraga yang memerlukan pengaturan, pendidikan, pelatihan, pembinaan, pengembangan, peningkatan, pengawasan, dan evaluasi.
Keolahragaan Nasional adalah Keolahragaan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai Keolahragaan, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perkembangan Olahraga.
Pelaku Olahraga adalah setiap orang dan/atau kelompok orang yang t erlibat secara langsung dalam kegiatan Olahraga yang meliputi peolahraga, pembina olahraga, dan tenaga keolahragaan.
Peolahraga adalah orang yang berolahraga dalam usaha mengembangkan potensi jasmani, rohani, sosial, dan budaya.
Olahragawan adalah Peolahra ga yang mengikuti pelatihan dan kejuaraan Olahraga secara teratur, sistematis, terpadu, berjenjang, dan berkelanjutan untuk mencapai prestasi.
Pembina Olahraga adalah orang yang memiliki minat dan pengetahuan, kepemimpinan, kemampuan manajerial, dan/atau p endanaan yang didedikasikan untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan Olahraga.
Tenaga Keolahragaan adalah orang perseorangan yang memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi dalam bidang Olahraga.
Masyarakat adalah orang perseorangan warga negara Indonesia, kelompok masyarakat, dan/atau organisasi kemasyarakatan yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang Keolahragaan.
Suporter adalah perseorangan atau kelompok masyarakat yang mendukung dan memiliki perhatian khusus terhadap cabang Olahraga tertentu.
Olahraga Masyarakat adalah Olahraga yang dilakukan oleh Masyarakat berdasarkan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat yang dilakukan secara terus-menerus untuk kesehatan, keb ugaran, dan kegembiraan.
Olahraga Prestasi adalah Olahraga yang membina dan mengembangkan Olahragawan secara terencana, sistematis, terpadu, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknol ogi Keolahragaan.
Olahraga Amatir adalah Olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga.
Olahraga Profesional adalah Olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahi ran berolahraga.
Olahraga Penyandang Disabilitas adalah Olahraga yang dilakukan sesuai dengan kondisi disabilitas fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik seseorang.
Prestasi adalah hasil yang dicapai Olahragawan atau kelompok Olahragawan dalam kegiat an Olahraga.
Industri Olahraga adalah kegiatan ekonomi bidang Olahraga dalam bentuk produk barang dan/atau jasa yang memberi nilai tambah atau manfaat yang lebih dan Olahraga.
Penghargaan Olahraga adalah p engakuan atas Prestasi di bidang Olahraga yang diwujudkan dalam bentuk materiel dan/atau nonmateriel.
Prasarana Olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan Olahraga dan/atau penyelenggaraan Keolahragaan.
Sarana Olahr aga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan Olahraga.
Doping adalah penggunaan zat dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan Prestasi Olahraga serta segala bentuk pelanggaran terhadap peraturan anti- Doping .
Pembinaan dan Pengemba ngan Keolahragaan adalah usaha sadar yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan Keolahragaan.
Organisasi Olahraga adalah sekumpulan orang yang menjalin kerja sama dengan membentuk organisasi untuk penyelenggaraan Olahraga sesuai dengan ketentua n peraturan perundang-undangan.
Induk Organisasi Cabang Olahraga adalah Organisasi Olahraga yang membina, mengembangkan, dan mengoordinasikan 1 (satu) cabang Olahraga, jenis Olahraga, atau gabungan organisasi cabang Olahraga dari 1 (satu) jenis Olahraga ya ng merupakan anggota federasi cabang Olahraga internasional.
Setiap Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, organisasi Masyarakat, dan/atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak ber badan hukum.
Standar Nasional Keolahragaan adalah krit eria minimal aspek yang berhubungan dengan Pembinaan dan Pengembangan Keolahragaan secara nasional.
Standar Kompetensi adalah standar nasional yang berkaitan dengan kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dalam uji kompetensi.
Akreditasi adalah pemberian peringkat terhadap pemenuhan Standar Nasional Keolahragaan yang berkaitan dengan Pembinaan dan Pengembangan Keolahragaan.
Sertifikasi adalah pemberian pengakuan atas pemenuhan Standar Nasional Keolahragaan.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuas aan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Olahraga .
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
BAB II
DASAR, FUNGSI, TUJUAN, DAN PRINSIP
Pasal 2
Keolahragaan diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 3
Keolahragaan berfungsi mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat.
Pasal 4
Keolahragaan bert ujuan untuk:
memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, Prestasi, kecerdasan, dan kualitas manusia;
menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, kompetitif, dan disiplin;
mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa;
memperkukuh ketahanan nasional;
mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa; dan
menjaga perdamaian dunia.
Pasal 5
Keolahragaan diselenggarakan dengan prinsip:
kebangsaan;
gotong royong;
keadilan;
pembudayaan;
manfaat;
kebhinekaan;
partisipatif;
keterpa duan;
keberlanjutan;
aksesibilitas;
sportivitas;
demokratis;
akuntabilitas; dan
ketertiban dan kepastian hukum.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Pasal 6
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk:
melakuk an kegiatan Olahraga;
memperoleh pelayanan dalam kegiatan Olahraga;
memilih dan mengikuti jenis atau cabang Olahraga yang sesuai dengan bakat dan minatnya;
memperoleh informasi, pengarahan, dukungan , bimbingan, serta Pembinaan dan Pengembangan Keolahragaan ;
menjadi Pelaku Olahraga;
mengembangkan Olahraga berbasis nilai luhur budaya bangsa;
mengembangkan Industri Olahraga;
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan Keolahragaan;
meningkatkan Prestasi dan mengikuti kejuaraan pada semua tingkatan; dan
memperoleh Penghargaan Olahraga.
Pasal 7
Warga negara yang memiliki disabilitas fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dalam kegiatan Olahraga sesuai dengan kebutuhan, harkat , dan martaba tnya.
Pasal 8
Setiap warga negara berkewajiban untuk berperan serta dalam kegiatan Olahraga dan memelihara Prasarana Olahraga dan Sarana Olahraga serta lingkungan.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Orang Tua
Pasal 9
Orang tua mempunyai hak mengarahkan, mem bimbing, membantu, mengawasi , dan memperoleh informasi tentang perkembangan Keolahragaan anaknya.
Orang tua berkewajiban:
memberikan dorongan kepada anaknya untuk aktif berpartisipasi dalam berolahraga; dan
menjaga anaknya dari ancaman terhadap keselamatan , kesehatan fisik dan mental akibat latihan yang tidak sesuai dengan taraf tumbuh kembang anak dalam berolahraga.
Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban Masyarakat
Pasal 10
Masyarakat mempunyai hak untuk berperan serta dalam perencanaan, pengembangan, pelaksana an, dan pengawasan kegiatan Keolahragaan.
Masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh pengetahuan tentang Keolahragaan dan informasi kemajuan Olahraga nasional dan/atau informasi kemajuan Olahraga di daerahnya masing-masing.
Masyarakat berkewajiban memberika n dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan Keolahragaan.
Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
Pasal 11
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mempunyai mengawasi penyelen ggaraan Keolahragaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban memberikan pelayanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya kegiatan Keolahragaan bagi setiap warga negara tanpa diskrimin asi.
BAB IV
TUGAS, WEWENANG, DAN TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 12
Pemerintah Pusat mempunyai tugas:
menetapkan dan melaksanakan kebijakan Keolahragaan secara nasional; dan
mengoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaks anaan kebijakan Keolahragaan secara nasional.
Kebijakan Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam desain besar Olahraga nasional yang diatur dengan Peraturan Presiden.
Pemerintah Daerah mempunyai tugas:
menetapkan dan melaksanakan k ebijakan Keolahragaan di daerah berdasarkan kebijakan Keolahragaan; dan
mengoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan Keolahragaan di daerah berdasarkan kebijakan Keolahragaan.
Pemerintah Daerah melaksanakan kebijakan Keolahragaan den gan mempertimbangkan potensi daerah dan kondisi daerah.
Pasal 13
Pemerintah Pusat mempunyai wewenang:
menyusun dan menetapkan desain besar
mengatur, membina, dan mengembangkan Keolahragaan secara nasional; dan
mengoordinasikan, melaksan akan, mengawasi , dan mengevaluasi penyelenggaraan Keolahragaan secara nasional.
Pemerintah Daerah mempunyai wewenang:
melaksanakan desain besar Olahraga nasional di daerah dengan menetapkan desain Olahraga daerah;
mengatur, membina, dan mengembangkan Keola hragaan di daerah; dan
mengoordinasikan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi penyelenggaraan Keolahragaan di daerah.
Pasal 14
Pelaksanaaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 pada tingkat nasional dilakukan secara ter padu dan berkesinambungan.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksana kan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat ( 3) dan Pasal 13 ayat (2), Pemerintah Daerah membentuk organisasi perangkat daerah yang menangani bidang Keolahragaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan penyelenggaraan Keolahragaan.
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 s ampai dengan Pasal 15 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB V
RUANG LINGKUP OLAHRAGA
Pasal 17
Ruang lingkup Olahraga meliputi kegiatan:
Olahraga pendidikan;
Olahraga Masyarakat; dan
Olahraga Prestasi.
Pasal 18
Olahraga pendidikan sebagaimana dim aksud dalam Pasal 17 huruf a diselenggarakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan guna membangun gaya hidup sehat aktif sepanjang hayat.
Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan , baik pada jalur pendidikan formal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler, maupun nonformal melalui bentuk kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Olahraga pendidikan dimulai dari usia dini dengan berpedoman pada taraf pe rtumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan.
Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan nonformal dapat dilaksanakan dengan dibimbing oleh tutor secara terstruktur da n berjenjang serta dapat dibantu oleh Tenaga Keolahragaan lain.
Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada guru/dosen Olahraga dan dapat dibantu oleh Tenaga Keolahragaan lain yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.
Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
berkewajiban menyiapkan Prasarana Olahraga dan Sarana Olahraga pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Setiap satuan pendidikan perlu melakukan kejuaraan Olahraga dan/atau f estival Olahraga sesuai dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara berkala antarsatuan pendidikan yang setingkat guna memupuk rasa persaudaraan, keterampilan sosial, dan belajar berkompetisi.
Kejuaraan Olahraga dan/atau festival Olahrag a satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat dilanjutkan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, wilayah, nasional, dan internasional.
Pasal 19
Olahraga Masyarakat dapat dilaksanakan oleh Setiap Orang, satuan pendidikan, lembaga, perkumpula n, atau Organisasi Olahraga.
Olahraga Masyarakat bertujuan untuk:
membudayakan aktivitas fisik;
menumbuhkan kegembiraan;
mempertahankan, memulihkan, dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran tubuh;
membangun hubungan sosial;
melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional;
mempererat interaksi sosial yang kondusif dan memperkukuh ketahanan nasional; dan
meningkatkan produktivitas ekonomi nasional.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat berkewajiban menggali, mengembangkan, dan memajukan Olahraga Masyarakat.
Setiap Orang yang menyelenggarakan Olahraga Masyarakat tertentu yang mengandung risiko terhadap kelestarian lingkungan, keterpeliharaan prasarana dan sarana, serta keselamatan dan kesehatan wajib:
menaati ketentuan dan prosedur yang ditetapkan sesuai dengan jenis Olahraga;
menyediakan instruktur atau pemandu yang mempunyai kualifikasi sesuai dengan jenis Olahraga dan/atau memiliki sertifikat kompetensi ; dan
menyediakan tenaga kesehatan yang kompeten.
Olahraga Masyaraka t sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perkumpulan atau Organisasi Olahraga serta didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan.
Setiap Orang yang melakukan Olahraga Masyarakat dapat membentuk per kumpulan Olahraga Masyarakat.
Perkumpulan Olahraga Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat menerima bantuan pendanaan dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pembentukan perkumpulan Olahraga Masya rakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pasal 20
Olahraga Prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi Olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan mar tabat bangsa.
Olahraga Prestasi dilakukan oleh Setiap Orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai Prestasi.
Olahraga Prestasi dilaksanakan melalui pembinaan terpadu, berjenjang, dan berke lanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat berkewajiban menyelenggarakan, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan Olahraga Prestasi.
Untuk memajukan Olahraga Prestasi, Pemeri ntah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat dapat:
membentuk perkumpulan Olahraga;
memberikan kemudahan menjadi anggota perkumpulan Olahraga;
memberdayakan pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan yang efektif da n efisien berstandar internasional;
mengembangkan sentra pembinaan Olahraga Prestasi;
melakukan pembinaan kemampuan manajerial Organisasi Olahraga;
memberikan pendidikan dan pelatihan kepada Tenaga Keolahragaan;
menyediakan Prasarana Olahraga dan Sarana Olahraga Prestasi;
mengembangkan sistem pemanduan dan pengembangan bakat Olahraga;
mengembangkan sistem informasi Keolahragaan;
mengembangkan sistem kesejahteraan Olahragawan dan Tenaga Keolahragaan;
melakukan uji coba kemampuan Prestasi Olahragawan pada ti ngkat daerah, nasional, dan internasional sesuai dengan kebutuhan;
mengembangkan sistem pengembangan dan promosi kualifikasi pelatih ; dan
mengembangkan Olahraga berbasis teknologi.
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN OLAHRAGA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membina dan mengembangkan Olahraga yang berbasis teknologi digital/elektronik.
Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dalam lingkup Olahraga Prestasi, Olahraga pendidikan, dan Olahraga Masyarakat .
Dalam melakukan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap berorientasi pada kebugaran, kesehatan, dan interaksi sosial.
Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didorong untuk mendukung pengembangan Industri Olahraga.
Olahraga sebagaimana dima ksud pada ayat (1) diselenggarakan dengan memperhatikan nilai kemanusiaan, sosial, budaya, literasi fisik, keamanan, norma kepatutan dan kesusilaan, serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan Olahragawan pada setiap kegiatan pelatihan dan penyelenggaraan kompetisi, pembina atau penyelenggara kegiatan wajib menyediakan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan Olahraga Prestasi.
Pasal 22
Pembinaan dan pengembangan Olahraga dilaksanakan sebagai bagi an integral dari pembangunan nasional.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan dan pengembangan Olahraga
Pembinaan dan pengembangan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i Peolahraga, ketenagaan, pengorganisasian, pendanaan, metode, prasarana dan sarana, serta Penghargaan Olahraga.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga dilakukan secara sistematis melalui tahap pengenalan, pemantauan, pemanduan, pengembangan bakat secara berk elanjutan, dan peningkatan Prestasi.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga dilaksanakan melalui jalur keluarga, jalur pendidikan, dan jalur Masyarakat yang berbasis pada pengembangan Olahraga untuk semua orang yang berlangsung sepanjang hayat.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 5) bertujuan untuk:
membentuk karakter;
memberikan pengetahuan dasar berolahraga;
meningkatkan derajat kebugaran dan kesehatan; dan
menciptakan kebiasaan gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Pasal 23
Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengembangan Olahraga melalui penetapan kebijakan, pendidikan, pelatihan, koordinasi, konsultasi, komunikasi, penyuluhan, pembimbingan, pemasyarakatan, perintisan, penelitian, uji coba, kompetisi, bantuan, pem udahan , perizinan, pengawasan , dan evaluasi .
Pasal 24
Masyarakat dapat melakukan pembinaan dan pengembangan Olahraga melalui berbagai kegiatan Keolahragaan secara aktif, baik yang dilaksanakan atas dorongan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah maup un atas prakarsa sendiri.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga oleh Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh perkumpulan Olahraga di lingkungan Masyarakat setempat.
Masyarakat dalam melakukan pembinaan dan pengembangan Olahraga sebagaima na dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat membentuk organisasi cabang Olahraga yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.
Pasal 25
Lembaga pemerintah maupun swasta berkewajiban menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan Olahraga secara berkala dan berkelanjutan bagi karyawannya untuk meningkatkan pemulihan, kesehatan, kebugaran , kesejahteraan mental, relasi sosial, serta kualitas dan produktivitas kerja sesuai dengan kondisi masing-masing.
Bagian Kedua
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Pendidi kan
Pasal 26
Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan yang sistemis dan berkesinambungan dengan sistem pendidikan nasional.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan dilaksanakan melalui pembelaj aran yang dilakukan oleh guru/dosen pendidikan jasmani dan Olahraga yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi serta didukung oleh ketersediaan sumber belajar, Prasarana Olahraga , dan Sarana Olahraga dengan mempertimbangkan kemampuan daerah.
Pembinaan dan pe ngembangan Olahraga pendidikan pada semua jenjang pendidikan berpedoman pada ekstrakurikuler.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi, kemampuan, minat , dan bakat peserta didik secara menyeluruh, baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan secara teratur, bertahap, dan berkesinambungan dengan memperhati kan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Untuk menumbuhkembangkan Prestasi Olahraga di lembaga pendidikan, pada setiap jalur pendidikan dapat dibentuk unit kegiatan Olahraga, klub Olahraga, kelas Olahraga, pusat pembinaan dan pelatihan, sekola h Olahraga, serta diselenggarakannya kompetisi Olahraga yang berjenjang dan berkelanjutan.
Unit kegiatan Olahraga, klub Olahraga, kelas Olahraga, pusat pembinaan dan pelatihan, atau sekolah Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (6) didampingi pelatih O lahraga yang memiliki sertifikat kompetensi dari Induk Organisasi Cabang Olahraga.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan dapat menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis Olahraga, modifikasi Olahraga, dan/atau pendekatan berbasis gerak dengan mem anfaatkan aneka permainan, Olahraga tradisional, dan kegiatan di alam terbuka.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga pendidikan bagi semua peserta didik wajib melaksanakan evaluasi belajar terkait literasi fisik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, kemam puan, dan sikap.
Peserta didik yang melaksanakan dan mengembangkan minat dan bakat Olahraga untuk Prestasi wajib diberi layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan.
Bagian Ketiga
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Masyarakat
Pasal 27
Pembinaan dan pengem bangan Olahraga Masyarakat merupakan bagian integral dari pembangunan di bidang kesehatan .
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Masyarakat dilaksanakan dan diarahkan untuk memassalkan Olahraga sebagai upaya mengembangkan kesadaran Masyarakat dalam meningkat kan kesehatan, kebugaran, kegembiraan, dan hubungan sosial.
Pembinaan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat dengan membangun dan memanfaatkan potensi sumber daya, Pras arana Olahraga , dan Sarana Olahraga Masyarakat.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Masyarakat yang bersifat tradisional dilakukan dengan menggali, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan Olahraga tradisional yang ada dalam Masyarakat.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Masyarakat dilaksanakan berbasis Masyarakat dengan memperhatikan prinsip mudah, murah, menarik, manfaat, dan massal.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Masyarakat dilaksanakan sebagai upaya menumbuhkembangkan sentra-sentra dan mengak tifkan perkumpulan Olahraga dalam Masyarakat, meningkatkan pariwisata Olahraga, dan menyelenggarakan festival Olahraga Masyarakat yang berjenjang dan berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) sampai dengan ayat ( 6) dilaksanakan dengan berorientasi pada wawasan lingkungan hidup.
Bagian Keempat
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Prestasi
Pasal 28
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai Prestasi Olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Induk Organisasi Cabang Olahraga tingkat kabupaten/kota, Induk Organisasi Cabang Olahraga tingkat pro vinsi, hingga Induk Organisasi Cabang Olahraga tingkat nasional.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh pelatih yang memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi yang dapat dibantu oleh Tenaga Keolahragaan lain dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi selain dilaksanakan melalui jalur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat ( 5) juga dilakukan melalui jalur klub, sentra pembinaan Olah raga, instansi pemerintah/Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia , dan/atau swasta.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dilaksanakan dengan memberdayakan perkumpulan Olahraga, menumbuhkembangkan sentra pembinaan Olahraga nasional dan daerah, serta menyelenggarakan kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 5) melibatkan pemanduan, dan pengembangan bakat sebagai proses regenerasi.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Prestasi harus didukung oleh kerja sama orang tua, pimpinan sekolah/perguruan tinggi/instansi, dan/atau pimpinan klub/ Organisasi Olahr aga.
Bagian Kelima
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Amatir
Pasal 29
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Amatir dilaksanakan dan diarahkan se suai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 28.
Bagian Keenam
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Profesional
Pasal 30
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Profesional dilaksanakan dan diarahkan untuk:
terciptanya Presta si Olahraga;
berkembangnya karier Olahragawan;
terciptanya lapangan kerja dan usaha;
meningkatnya sumber pendapatan; dan
berkembangnya Industri Olahraga.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Induk Organisasi Cabang Olahraga dan/atau Organisasi Olahraga Profesional.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) secara beretika.
Bagian Ketujuh
Pembinaa n dan Pengembangan Olahraga
Penyandang Disabilitas
Pasal 31
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas dilaksanakan dan diarahkan sebagai upaya mewujudkan kesetaraan berolahraga untuk meningkatkan rasa percaya diri, kesehatan, kebugaran, d an Prestasi Olahraga.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas dilaksanakan oleh komite paralimpiade Indonesia , organisasi Olahraga Penyandang Disabilitas, dan/atau Induk Organisasi Cabang Olahraga melalui pengembangan kapasitas organisa si, kegiatan pendidikan dan pelatihan, serta kompetisi yang berjenjang dan berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan di u nit layanan disabilitas.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas diselenggarakan dalam lingkup Olahraga pendidikan, Olahraga Masyarakat, dan Olahraga Prestasi berdasarkan jenis Olahraga sesuai dengan kondisi disabilitas fisik, intelektua l, mental , dan/atau sensorik.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas dilaksanakan oleh komite paralimpiade Indonesia , organisasi Olahraga Penyandang Disabilitas , dan/atau Induk Organisasi Cabang Olahraga di tingkat pusat dan daerah deng an menekankan peningkatan kemampuan manajerial melalui pendidikan dan pelatihan secara
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas menerapkan model pembinaan Olahraga Prestasi untuk Olahragawan nondisabilitas dengan menyesuaik an klasifikasi disabilitas fisik, intelektual, mental , dan/atau sensorik.
Pembinaan dan pengembangan Olahraga Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat ( 6) wajib memperhatikan latihan yang proporsional untuk menghindari terjadinya cidera yang m emperparah kondisi disabilitas.
Pasal 32
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengembangan Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 31 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VII
PENGELOLAAN KEOLAHRAGAAN
Pasal 33
Pengelo laan Keolahragaan merupakan tanggung jawab Menteri.
Pemerintah Pusat menentukan kebijakan nasional, Standar Nasional Keolahragaan melalui perencanaan, pengoordinasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap pengelolaan Keolahragaan.
Pengelolaan Keo lahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui tata kelola organisasi Keolahragaan yang visioner, transparan, akuntabel, efisien, dan efektif.
Pasal 34
Pemerintah Daerah provinsi melaksanakan kebijakan Keolahragaan melalui perencanaan, koordinasi, pembinaan, pengembangan, penerapan standardisasi, terhadap pengelolaan Keolahragaan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
Pasal 35
Pemerintah Daerah kabupaten/kota mela ksanakan perencanaan, pembinaan, pengembangan, penerapan standardisasi, dan penggalangan sumber daya Keolahragaan yang berbasis keunggulan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib mengelola paling s edikit 2 (dua) cabang Olahraga unggulan yang bertaraf nasional dan/atau internasional.
Pasal 36
Untuk kepastian hukum perlindungan bagi Olahragawan dan Pelaku Olahraga dalam peningkatan Prestasi, Masyarakat membentuk 1 (satu) Induk Organisasi Caba ng Olahraga.
Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat membentuk cabang Organisasi Olahraga di provinsi dan kabupaten/kota.
Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri dan dikelola secara profesional oleh pengurus yang memiliki kompetensi Keolahragaan .
Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melakukan pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan Olahraga.
Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaim ana dimaksud pada ayat (1) mempunyai wewenang merumuskan dan menetapkan model pengelolaan, penyelenggaraan pembinaan, dan pengembangan Olahraga.
Pemerintah Pusat memberikan bantuan pendanaan kepada Induk Organisasi Cabang Olahraga yang negara yang prioritas cabang olahraganya ditetapkan dalam desain besar Olahraga nasional.
Pemerintah Daerah memberikan hibah kepada Induk Organisasi Cabang Olahraga yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah yang prioritas cabang olahraganya ditetapkan dalam desain Olahraga daerah.
Bantuan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
dan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 7) diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara dan keuangan daerah.
Mekanisme pemberi an bantuan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 7) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pasal 37
Induk Organisasi Cabang Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 membentuk suatu komite olahraga nasional.
Pengorganisasian komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Induk Organisasi Cabang Olahraga dan komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
bersifat mandiri dan dikelola secara profesional oleh pengurus yang memiliki kompetensi Keolahragaan.
Komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas:
membantu Pemerintah Pusat dalam membuat kebijakan nasional dalam bidang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan Prestasi pada tingkat nasional ;
melaksanakan pembinaan dan pengembangan
melaksanakan peningkatan Prestasi Olahraga yang d ilakukan oleh Induk Organisasi Cabang Olahraga ;
mengoordinasikan pembinaan Induk Organisasi Cabang Olahraga, induk Organisasi Olahraga fungsional, serta komite olahraga nasional di provinsi dan komite olahraga nasional di kabupaten/kota ;
melaksanakan penge lolaan, pembinaan, dan pengembangan Olahraga Prestasi berdasarkan kewenangannya ;
melaksanakan dan mengoordinasikan kegiatan pekan Olahraga tingkat nasional untuk:
bersama mengembang kan Olahraga Prestasi yang di arahkan untuk mencapai Prestasi Olahraga p ada tingkat nasional dan persiapan Olahragawan pada even tingkat internasional; dan
mengawas i dan mendamping i Olahraga Prestasi dalam kejuaraan pekan Olahraga nasional dan internasional; dan
membantu Pemerintah Pusat dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk melaksanakan pekan Olahraga nasional sebagai penyelenggara.
Komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai wewenang:
membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam men yosialisasikan pelaksanaan rencana induk Keolahragaa n;
memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam merumuskan kebijakan pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan Olahraga Prestasi;
mengadakan pertemuan dan pembinaan terhadap Induk Organisasi Cabang Olahraga, induk olahraga nasional di provinsi atau kabupaten/kota;
melaksanakan penyelenggaraan pekan Olahraga tingkat nasional; dan
memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat dalam menentukan keikutsertaan cabang Olahraga dan Olahragawan dal am pekan Olahraga internasional.
Pasal 38
Pengelolaan Olahraga di provinsi dilakukan oleh Pemerintah Daerah provinsi dengan dibantu oleh komite olahraga nasional di provinsi.
Komite olahraga nasional di provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Induk Organisasi Cabang Olahraga di provinsi.
Komite olahraga nasional di provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri dan dikelola secara profesional oleh pengurus yang memiliki kompetensi Keolahragaan.
Pengorganisasian komite olahra ga nasional di provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 39
Pengelolaan Olahraga di kabupaten/kota dilakukan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota d engan dibantu oleh komite olahraga nasional di kabupaten/kota.
Komite olahraga nasional di kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Induk Organisasi Cabang Olahraga di kabupaten/kota.
Komite olahraga nasional di kabupaten/kota sebaga imana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri dan dikelola secara profesional oleh pengurus yang
Pengorganisasian komite olahraga nasional di kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Masyarakat yan g bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 40
Komite olahraga nasional di provinsi mempunyai tugas:
melakukan koordinasi dengan organisasi cabang Olahraga di tingkat provinsi, serta komite olahraga nasional di kabupaten/ko ta dalam rangka pengembangan dan pembinaan Prestasi Olahraga;
membantu Pemerintah Daerah provinsi dalam penyelenggaraan pekan Olahraga provinsi;
membantu organisasi cabang Olahraga dalam pengembangan dan penggalian bibit Olahragawan di provinsi; dan
memban tu organisasi cabang Olahraga di provinsi dalam pemassalan cabang Olahraga potensial.
Komite olahraga nasional di kabupaten/kota mempunyai tugas:
melakukan koordinasi dengan organisasi cabang Olahraga di tingkat kabupaten/kota dalam rangka pengembangan dan pembinaan Prestasi Olahraga;
membantu Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pekan Olahraga kabupaten/kota;
membantu organisasi cabang Olahraga dalam pengembangan dan penggalian bibit Olahragawan di kabupaten/kota; dan
membantu organisasi cabang Olahraga di kabupaten/kota dalam pemassalan cabang Olahraga potensial.
Komite olahraga nasional di provinsi atau kabupaten/kota mempunyai wewenang:
memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah kebijakan d aerah di bidang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan Olahraga Prestasi;
mengoordinasikan Induk Organisasi Cabang Olahraga dan induk Organisasi Olahraga fungsional di provinsi atau kabupaten/kota; dan
menentukan dan mempersiapkan pelaksanaan keikutserta an cabang Olahraga Prestasi dalam kegiatan Olahraga yang bersifat lintas daerah dan nasional.
Pasal 41
Pengurus komite olahraga nasional, komite olahraga nasional di provinsi, dan komite olahraga nasional di kabupaten/kota bersifat mandiri , memiliki kompe tensi di bidang Keolahragaan, dan dipilih oleh Masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 42
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Keolahragaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 sampai dengan Pasal 41 diatur dengan Pera turan Pemerintah.
BAB VIII
PENYELENGGARAAN KEJUARAAN OLAHRAGA
Pasal 43
Setiap penyelenggaraan kejuaraan Olahraga yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat wajib memperhatikan tujuan Keolahragaan serta prinsip penyele nggaraan Keolahragaan.
Pasal 44
Penyelenggaraan kejuaraan Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 meliputi:
kejuaraan Olahraga tingkat kabupaten/kota, tingkat
pekan Olahraga kabupaten/kota, pekan Olahr aga provinsi, pekan Olahraga wilayah, dan pekan Olahraga nasional;
kejuaraan Olahraga tingkat internasional; dan
pekan Olahraga internasional.
Pasal 45
Keikutsertaan Indonesia dalam pekan Olahraga internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf d bertujuan untuk mewujudkan persahabatan dan perdamaian dunia serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui pencapaian Prestasi.
Keikutsertaan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh komite olimpiade Indonesia yang diaku i oleh International Olympic Committee dan komite paralimpi ade Indonesia yang diakui oleh International Paralympic Committee.
Komite olimpiade Indonesia dan komite paralimpiade Indonesia meningkatkan dan memelihara kepentingan Indonesia serta memperol eh dukungan Masyarakat untuk mengikuti:
pekan Olahraga dunia;
pekan Olahraga regional ;
pekan Olahraga kawasan ; dan
pekan dan/atau kejuaraan Olahraga tingkat internasional.
Komite olimpiade Indonesia bekerja sesuai dengan peraturan International Olympic Committee, Olympic Council of Asia, South East Asia Games Federation , dan organisasi Olahraga internasional lain yang menjadi afiliasi komite olimpiade Indonesia dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Komite olimpiade Indonesi a ikut membantu Pemerintah Pusat dalam pengawasan dan pendampingan untuk mempersiapkan Olahragawan yang akan dipersiapkan dalam pekan Olahraga olahraga nasional.
Komite olimpiade Indonesia berkewajiban unt uk menjalankan diplomasi Olahraga internasional .
Pasal 46
Penyelenggaraan kejuaraan Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 bertujuan untuk:
memasyarakatkan Olahraga;
menjaring bibit Olahragawan potensial;
meningkatkan kesehatan dan kebugaran;
mening katkan Prestasi Olahraga;
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa;
meningkatkan ketahanan nasional;
meningkatkan harkat dan martabat bangsa;
mewujudkan rasa saling menghormati keberagaman antarbangsa; dan
mewujudkan persahabatan dan perdamaian dunia.
Pasal 47
Pekan Olahraga nasional diselenggarakan secara periodik dan berkesinambungan.
Pemerintah Pusat bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pekan Olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menugaskan komite olahraga nasional selaku penyelenggara.
Pemerintah Daerah yang ditetapkan oleh penyelenggara bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekan Olahraga nasional.
Pasal 48
Penyelenggaraan kejuaraan Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dilakukan dengan prinsip efisiensi, keunggulan, terukur, akuntabel, sistematis, dan berkelanjutan.
Pasal 49
Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pekan Olahraga daerah.
Induk Organisasi Cabang Olahraga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penyelenggaraan kejuaraan Olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a dan huruf c.
Organisasi Olahraga Penyandang Disabilitas bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pekan Olahraga Penyandang Disabilitas.
Pasal 50
Induk Organisasi Cabang Olahraga bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kejuaraan Olahraga tingkat internasional, nasional, dan wilayah.
Penyelenggaraan kejuaraan Olahraga nasional dan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada komite olahraga nasional dan/atau komite paralimpiade Indones ia.
Penyelenggaraan kejuaraan Olahraga tingkat internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Pemerintah Pusat, komite olimpiade Indonesia, dan/atau komite paralimpiade Indonesia.
Pasal 51
Pengajuan Indonesia sebagai calon tuan rumah penyelenggara pekan Olahraga internasional diusulkan oleh komite olimpiade Indonesia dan/atau komite paralimpiade Indonesia dengan memegang teguh integritas dan transparansi setelah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat.
Pemerintah Pusat bertanggun g jawab terhadap penyelenggaraan pekan Olahraga internasional yang dilaksanakan di Indonesia.
Penyelenggaraan pekan Olahraga internasional sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ditugaskan dan/atau komite parali mpiade Indonesia.
Pasal 52
Penyelenggara kejuaraan Olahraga wajib memenuhi persyaratan teknis kecabangan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan publik.
Pasal 53
Penyelenggara kejuaraan Olahraga seb agaimana dimaksud dalam Pasal 52 dikena i pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Pasal 54
Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang mendatangkan langsung massa penonton wajib mendapatkan rekomendasi dari Induk Organisa si Cabang Olahraga yang bersangkutan dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyelenggara kejuaraan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki penanggung jawab kegiatan.
Setiap Orang dan/atau badan hukum asing dapat menyelengg arakan kejuaraan Olahraga di Indonesia dalam bentuk kemitraan dengan Induk Organisasi Cabang Olahraga.
Penyelenggara kejuaraan Olahraga wajib memperhatikan hak penonton dalam setiap kejuaraan Olahraga.
Hak penonton sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melipu ti:
mengekspresikan dukungan, semangat, dan motivasi di dalam kejuaraan Olahraga;
memperoleh fasilitas yang sesuai dengan nilai tiket masuk; dan
mendapatkan jaminan keselamatan dan
Setiap penonton dalam kejuaraan Olahraga wajib memperhatikan nil ai sportivitas, kemanusiaan, sosial, budaya, norma kepatutan dan kesusilaan, dan menjaga, menaati, dan/atau mematuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh penyelenggara kejuaraan Olahraga dan ketentuan peraturan perundang- undang an yang mengatur mengenai keter tiban dan keamanan.
Pasal 55
Dalam penyelenggaraan kejuaraan Olahraga terdapat Suporter Olahraga yang berperan aktif memberikan semangat, motivasi, dan dukungan baik di dalam maupun di luar pertandingan Olahraga .
Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud pad a ayat
membentuk organisasi atau badan hukum Suporter Olahraga dengan mendapat rekomendasi dari klub atau Induk Organisasi Cabang Olahraga.
Organisasi atau badan hukum Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) memiliki anggaran dasar/anggara n rumah tangga dan anggota yang terdaftar .
Pengurus organisasi atau badan hukum Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertanggung jawab melakukan pengelolaan dan pembinaan terhadap anggotanya.
Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat
memiliki hak:
mendapatkan perlindungan hukum, baik di dalam maupun di luar pertandingan Olahraga ;
mendapatkan pembinaan dari organisasi atau badan hukum Suporter Olahraga yang menaunginya;
mendapatkan kesempatan prioritas memiliki klub melalui kepemil ikan saham sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ;
memberikan dukungan langsung atau tidak langsung, baik di dalam maupun di luar pertandingan Olahraga .
Suporter Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat
memiliki kewajiban:
mendaftarkan diri menjadi anggota organisasi atau badan h ukum Suporter Olahraga tertent u; dan
menjaga ketertiban dan keamanan , baik di dalam maupun di luar pertandingan Olahraga .
Suporter Olahraga dapat berperan serta mendukung pengembangan Industri Olahraga dengan pe laku Industri Olahraga melalui pola kemitraan yang saling menguntungkan.
Pasal 56
Ketentuan lebih lanjut mengenai komite olimpiade Indonesia, komite paralimpiade Indonesia, penyelenggaraan pekan Olahraga nasional, tanggung jawab Pemerintah Daerah dan Ind uk Organisasi Cabang Olahraga, penyelenggaraan pekan Olahraga internasional, persyaratan penyelenggaraan kejuaraan Olahraga, penonton, dan Suporter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pasal 47, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, d an Pasal 55 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IX
PELAKU OLAHRAGA
Bagian Kesatu
Olahragawan
Pasal 57
Olahragawan meliputi Olahragawan amatir dan Olahragawan profesional.
Olahragawan penyandang disabilitas merupakan Olahragawan yang melaksanakan Ola hraga sesuai dengan kondisi disabilitas fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik.
Pasal 58
Olahragawan amatir melaksanakan kegiatan Olahraga yang menjadi kegemaran dan keahliannya.
Olahragawan amatir sebagaimana dimaksud pada ayat
mempunyai hak :
meningkatkan Prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan Olahraga;
mendapatkan pembinaan dan pengembangan sesuai dengan cabang Olahraga yang diminati;
mengikuti kejuaraan Olahraga pada semua tingkatan setelah melalui seleksi dan/atau kompetisi;
memper oleh kemudahan izin dari instansi untuk mengikuti kegiatan Olahraga di tingkat daerah, nasional, dan internasional; dan
beralih status menjadi Olahragawan profesional.
Pasal 59
Olahragawan profesional melaksanakan kegiatan Olahraga sebagai profesi sesua i dengan keahliannya.
Setiap Orang dapat menjadi Olahragawan profesional setelah memenuhi persyaratan:
pernah menjadi Olahragawan amatir dan/atau mengikuti kompetisi secara periodik;
memenuhi ketentuan ketenagakerjaan yang dipersyaratkan; dan
memenuhi ketentuan medis yang dipersyaratkan.
Setiap Olahragawan profesional dalam melaksanakan profesinya mempunyai hak untuk:
didampingi oleh manajer, pelatih, tenaga kesehatan , psikolog, ahli hukum, dan tenaga ahli
mengikuti k ejuaraan pada semua tingkatan sesuai dengan ketentuan;
mendapatkan pembinaan dan pengembangan dari Induk Organisasi Cabang Olahraga, Organisasi Olahraga Profesional, atau Organisasi Olahraga fungsional; dan
mendapatkan pendapatan yang layak sesuai dengan standar yang ditentukan oleh cabang Olahraga Profesional .
Pasal 60
Olahragawan penyandang disabilitas melaksanakan kegiatan Olahraga khusus bagi penyandang disabilitas.
Setiap Olahragawan penyandang disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak untuk:
meningkatkan Prestasi melalui klub dan/atau perkumpulan Olahraga Penyandang Disabilitas;
mendapatkan pembinaan cabang Olahraga sesuai dengan kondisi disabilitas fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik;
mengikuti pekan dan kejuaraan Olahraga Penyandang Disabilitas di tingkat daerah, nasional, dan internasional setelah melalui seleksi dan/atau kompetisi;
memperoleh layanan Prasarana Olahraga dan Sarana Olahraga yang sesuai dengan standar disabilitas dan dapat diakses; dan
mendapatkan hak yang sama untuk memperoleh penghargaan sesuai dengan Prestasi yang dicapai.
Pasal 61
Setiap Olahragawan berkewajiban:
menjunjung tinggi nilai luhur dan nama baik bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
mengedepankan sikap sportivitas dalam setiap
menaati peraturan dan kode etik yang berlaku dalam setiap cabang Olahraga yang diikuti dan/atau yang menjadi profesinya;
menaati norma, budaya, dan adat istiadat masyarakat setempat; dan
ikut menjaga upaya pelestarian lingkungan hidup.
Pasal 62
Olahragawan amatir memperoleh pembinaan dan pengembangan dari Induk Organisasi Cabang Olahraga amatir.
Olahragawan profesional memperoleh pembinaan dan pengembangan dari cabang Olahraga Profesional dan/atau bergabung dalam cab ang Olahraga Amatir.
Pasal 63
Pembinaan dan pengembangan Olahragawan dapat dilaksanakan melalui perpindahan Olahragawan antarperkumpulan, antardaerah, dan antarnegara.
Pasal 64
Perpindahan Olahragawan antardaerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 dap at dilakukan untuk membangun ekosistem pembinaan Keolahragaan dan tidak merugikan kepentingan pembinaan Olahraga di daerah asal.
Pasal 65
Perpindahan Olahragawan antarnegara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 harus dilakukan dengan pertimbangan kepentin gan peningkatan Prestasi, Pembinaan dan Pengembangan Keolahragaan , serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perpindahan Olahragawan antarnegara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
perpindahan antarnegara karena alasan kontrak ketenagakerjaan; dan/atau
perpindahan karena telah terpenuhinya syarat pewarganegaraan.
Bagian Kedua
Pembina Olahraga
Pasal 66
Pembina Olahraga meliputi pembina perkumpulan, Induk Organisasi Cabang Olahraga, atau lembaga Olahraga p ada tingkat pusat dan tingkat daerah yang telah dipilih/ditunjuk menjadi pengurus.
Pembina Olahraga melakukan pembinaan dan pengembangan Olahraga sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam organisasi.
Pasal 67
Pembina Olahraga berhak memperoleh peningkatan pengetahuan, keterampilan, penghargaan, dan bantuan hukum.
Pembina Olahraga berkewajiban:
melaksanakan pembinaan dan pengembangan terhadap Organisasi Olahraga, Olahragawan, Tenaga Keolahragaan, dan pendanaan Keolahragaan; dan
melaksanakan pembinaan dan pengembangan Olahraga sesuai dengan prinsip penyelenggaraan Keolahragaan.
Pasal 68
Pembina Olahraga warga negara asing yang bertugas dalam setiap Organisasi Olahraga dan/atau lembaga Olahraga wajib:
memiliki kualifikasi dan kompetensi;
mendapatkan reko mendasi dari Induk Organisasi
mendapatkan izin dari instansi Pemerintah Pusat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
menaati norma, budaya, dan adat istiadat masyarakat setempat; dan
menga lihkan pengetahuan dan keterampilan terkait pembinaan Olahraga pada umumnya dan/atau cabang Olahraga spesifik yang dibinanya.
Bagian Ketiga
Tenaga Keolahragaan
Pasal 69
Tenaga Keolahragaan terdiri atas pelatih, asisten pelatih, guru/dosen, wasit, juri, manajer, promotor, administrator, pemandu, penyuluh/penggerak, instruktur, tenaga kesehatan, ahli biomekanika, psikolog, tenaga pengawas Doping, relawan , dan tenaga teknis atau sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyel enggarakan kegiatan Olahraga.
Tenaga Keolahragaan yang bertugas dalam setiap Organisasi Olahraga dan/atau lembaga Olahraga wajib memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Induk Organisasi Cabang Olahraga bersangkutan dan/atau le mbaga sertifikasi kompetensi Tenaga Keolahragaan lainnya.
Tenaga Keolahragaan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan Keolahragaan sesuai dengan bidang keahlian dan/atau kewenangan Tenaga Keolahragaan yang bersangkutan.
Pengadaan Tenaga Keolahr agaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pendidikan dan/atau pelatihan oleh lembaga khusus yang berkompeten sesuai dengan bidangnya.
Pasal 70
Tenaga Keolahragaan dalam melaksanakan profesinya berhak untuk mendapatkan:
pembinaan, pen gembangan, dan peningkatan keterampilan melalui pelatihan; dan
pengembangan karier, pelayanan kesejahteraan, bantuan hukum, dan/atau penghargaan.
Pasal 71
Tenaga Keolahragaan asing yang bertugas pada setiap Organisasi Olahraga dan/atau lembaga Olahraga wajib:
memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi;
mendapatkan rekomendasi dari Induk Organisasi Cabang Olahraga atau institusi lain yang relevan ;
mendapatkan izin dari instansi Pemerintah Pusat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
menaati norma, budaya, dan adat istiadat Masyarakat setempat.
Pasal 72
Ketentuan lebih lanjut mengenai alih status Olahragawan, Olahragawan profesional, perpindahan Olahragawan, hak dan kewajiban, pembinaan dan pengembangan, Pembina Olahraga, dan Tenaga Keolahragaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 sampai dengan Pasal 71 diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
BAB X
PRASARANA OLAHRAGA DAN SARANA OLAHRAGA
Pasal 73
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat ber tanggung jawab atas perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan Prasarana Olahraga.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan, mengelola, dan memelihara Prasarana Olahraga dan Sarana Olahraga serta ruang terbuka sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan .
Jumlah dan jenis Prasarana Olahraga yang dibangun wajib mempertimbangkan pemerataan di seluruh wilayah termasuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar untuk kepentingan Olahraga pendidikan, Olahraga Masyarakat, dan Olahraga Prestasi dilengkapi kemudahan akses bagi penyandang disabilitas dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan .
Prasarana Olahraga yang dibangun di daerah wajib memenuhi jumlah dan standar minimum yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Badan usaha yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan dan permukiman berkewajiban menyediakan Prasarana Olahraga sebagai fasilitas umum dengan standar dan kebutuhan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yang selanj utnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai aset/milik Pemerintah Daerah setempat .
Badan usaha yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan dan permukiman yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dikenakan sanksi adminis tratif atau bentuk sanksi lainnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan Prasarana Olahraga dan pemenuhan kewajiban badan usaha yang bergerak dalam bidang pembangunan perumahan dan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan a yat (6) diatur dengan Peraturan Presiden.
Setiap Orang dilarang meniadakan dan/atau mengalihfungsikan Prasarana Olahraga yang telah Daerah tanpa rekomendasi Menteri dan tanpa izin atau tanpa persetujuan dari yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
Ketentuan mengenai tata cara peniadaan dan/atau pengalihfungsian Prasarana Olahraga yang telah menjadi aset/milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan rekomendasi Menteri d an izin atau persetujuan dari yang berwenang diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 74
Pemerintah Pusat membina dan mendorong pengembangan industri Sarana Olahraga dalam negeri.
Setiap Orang atau badan usaha yang memproduksi Sarana Olahraga wajib memperha tikan standar teknis Sarana Olahraga dari cabang Olahraga.
Sarana Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diproduksi, diperjualbelikan, dan/atau disewakan untuk masyarakat umum, baik untuk pendidikan, pelatihan maupun untuk kompetisi wajib memenuhi standar kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan.
Produsen wajib memberikan informasi tertulis mengenai bahan baku, penggunaan, dan pemanfaatan Sarana Olahraga untuk memberikan pelindungan kesehatan dan keselamatan.
Perlakuan bea masuk, pajak pertam bahan nilai, dan pajak penjualan atas barang mewah untuk Sarana Olahraga dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan perpajakan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Sarana Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XI
PENDANAAN KEOLAHRAGAAN
Pasal 75
Pendanaan Keolahragaan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, dan Masyarakat.
Pemerintah Pusat dan Peme rintah Daerah wajib mengalokasikan anggaran Keolahragaan melalui anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pasal 76
Perusahaan perseroan terbatas/badan usaha berperan serta dalam menyediakan dana pengembangan Masy arakat sebagai perwujudan dari tanggung jawab sosial terhadap pembinaan Keolahragaan.
Pasal 77
Sumber pendanaan Keolahragaan ditentukan berdasarkan prinsip kecukupan dan keberlanjutan.
Perencanaan pendanaan Keolahragaan didasarkan atas kebutuhan, program , dan capaian yang diharapkan.
Sumber pendanaan Keolahragaan dapat diperoleh dari:
anggaran pendapatan dan belanja negara;
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi;
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota;
Masyarakat;
kerja sama;
sumb angan badan usaha;
hasil usaha Industri Olahraga; dan/atau
sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Menteri dapat menyalurkan pendanaan Olahraga kepada komite olahraga nasional, Induk Organisasi Cabang Olahraga, komite olimpiade Indonesia , dan komite paralimpiade Indonesia.
Pasal 78
Pendanaan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat
huruf a sesuai dengan kemampuan keuangan negara dan memper timbangkan target capaian pelaksanaan desain besar Olahraga nasional yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
Pasal 79
Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota mengalokasikan anggaran untuk pendanaan Keolahragaan dari anggaran pen dapatan dan belanja daerah sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan mempertimbangkan target capaian pelaksanaan desain besar Olahraga nasional yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.
Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disalurka n kepada komite olahraga nasional di provinsi dan komite olahraga nasional di kabupaten/kota melalui pemberian hibah yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 80
Pengelolaan dana Keolahragaan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan, efektif, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Dana Keolahragaan yang dialokasikan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, dan Masyarakat diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 8 1 Ketentuan lebih lanjut mengenai pendanaan Keolahragaan serta pengalokasian dan pengelolaan dana Keolahragaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 sampai dengan Pasal 80 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 82
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan Olahraga, dibentuk dana perwalian Keolahragaan.
Ketentuan mengenai pembentukan dana perwalian Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.
Pasal 83
Pengaturan pajak bagi Setiap Orang yang memberikan dukungan dana unt uk Pembinaan dan Pengembangan Keolahragaan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan d i bidang perpajakan.
BAB XII
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
KEOLAHRAGAAN DAN INFORMASI KEOLAHRAGAAN
Pasal 84
Pemerintah Pusat, Pemerin tah Daerah, dan/atau Masyarakat melakukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan secara berkelanjutan untuk memajukan Keolahragaan.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat memberdayakan lembaga penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan yang bermanfaat untuk memajukan Pembinaan dan Pengembangan Keolahragaan.
Hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disosialisasikan dan diterapkan untuk ke majuan
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 85
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakuka n secara terpadu dengan pelatihan nasional dan/atau sentra pembinaan Olahraga .
Penyelenggaraan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dalam rangka meningka tkan kapasitas bangsa dalam mengelo la sumber daya Keolahragaan guna meningkatkan daya saing bangsa.
Pasal 86
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan data untuk kepentingan Olahraga nasional melalui pembentukan sistem data Keolahragaan Nasional terpadu sebagai satu data Olahraga nasional.
Sistem data Keolahragaan Nasional terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat data mengenai pembinaan, pengembangan, penghargaan, dan kesejahteraan Olahragawan dan Pelaku Olahraga.
Sistem data Keolahragaan Nasional terpadu bertuju an untuk:
pemetaan Olahragawan dan Pelaku Olahraga;
pemetaan potensi dalam pembinaan dan pendidikan, dan Olahraga Masyarakat;
dasar pengambilan kebijakan Keolahragaan;
inventarisasi Prasarana Olahraga dan Sarana Olahraga;
dasar bagi pelaksanaan pemberian penghargaan dan kesejahteraan;
mempermudah akses data Keolahragaan bagi Masyarakat dan Industri Olahraga; dan
inventarisasi potensi Suporter pada masing- masing cabang Olahraga.
Data Keolahragaan Nasional terp adu dikelola oleh Pemerintah Pusat dengan mengembangkan pusat data Keolahragaan dengan memanfaatkan media informasi dan museum Keolahragaan Nasional.
Masyarakat dapat memberikan informasi dan data Keolahragaan ke dalam sistem data Keolahragaan Nasional ter padu.
Pembentukan, pengelolaan, dan pengembangan sistem data Keolahragaan Nasional terpadu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pasal 87
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan dan penyebarluasan informas i kepada masyarakat untuk kepentingan Pembinaan dan Pengembangan Keolahragaan.
Dalam menyediakan dan menyebarluaskan informasi, Pemerintah Pusat mengembangkan pusat informasi Keolahragaan Nasional dengan memanfaatkan media massa dan media lain serta museu m Keolahragaan Nasional.
Pemerintah Daerah berdasarkan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki dapat mengembangkan dan mengelola informasi Keolahragaan Nasional sesuai dengan kemampuan dan kondisi daerah.
BAB XIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 88
Masyarak at memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam kegiatan Keolahragaan.
Peran serta Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, badan usaha, atau o rganisasi kemasyarakatan lain sesuai dengan prinsip keterbukaan dan kemitraan.
Masyarakat dapat berperan sebagai sumber, pelaksana, tenaga sukarela, penggerak, pengguna hasil, dan/atau pelayanan kegiatan Olahraga.
Masyarakat ikut serta mendorong upaya Pemb inaan dan Pengembangan Keolahragaan.
BAB XIV
KERJA SAMA
Pasal 89
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat dapat saling bekerja sama dalam bidang Keolahragaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kerja sama sebagaiman a dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan tujuan Keolahragaan dan prinsip keterbukaan, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas. (3) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat dapat menyelenggarakan kerja sama internasional d alam bidang Keolahragaan dan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XV
INDUSTRI OLAHRAGA
Pasal 90
Setiap pelaksanaan Industri Olahraga yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat wajib memperha tikan tujuan Keolahragaan serta prinsip penyelenggaraan Keolahragaan.
Pasal 91
Industri Olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang diproduksi, diperjualbelikan, dan/atau disewakan untuk Masyarakat.
Selain berbentuk prasarana dan sarana, Industri Olahraga dapat berbentuk jasa penjualan kegiatan cabang Olahraga sebagai produk utama yang dikemas secara profesional yang meliputi:
kejuaraan nasional dan internasional;
pekan Olahraga daerah, wilayah, nasional, dan internasional;
promosi, eksibisi, dan fe stival Olahraga;
pendidikan dan pelatihan;
layanan profesi;
keagenan, layanan informasi, dan konsultasi Keolahragaan;
aktivitas alam terbuka ;
pengelolaan Suporter; atau
kegiatan Olahraga lain yang dapat mendukung Industri Olahraga.
Industri Olahraga sebag aimana dimaksud pada ayat
diarahkan untuk pengembangan wisata Olahraga.
Pelaksanaan Industri Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bertujuan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Masyarakat yan g melakukan usaha Industri Olahraga dapat bekerja sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Organisasi Olahraga, dan/atau organisasi lain, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam melaksanakan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (5) , Masyarakat membentuk badan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Masyarakat yang melakukan usaha industri jasa Olahraga memperhatikan kesejahteraan Pelaku Olahraga dan kemajuan Olahraga.
Pasal 92
Pembinaan dan pengembangan Industri Olahraga dilaksanakan melalui kerja sama yang saling menguntungkan agar terwujud kegiatan Olahraga yang mandiri dan profesional.
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah memberikan kemudahan pembentukan sentra pembinaan dan pengembangan Industri Olahraga.
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah memfasilitasi perwujudan kerja sama antara pelaku Industri Olahraga , perguruan tinggi, komunitas Olahraga, media massa , dan pemangku kepentingan lainnya.
BAB XVI
STAND ARDISASI, AKREDITASI, DAN SERTIFIKASI
Bagian Kesatu
Standardisasi
Pasal 93
Standar Nasional Keolahragaan meliputi:
standar kompetensi Tenaga Keolahragaan;
standar isi program pelatihan Tenaga Keolahragaan;
standar Prasarana Olahraga dan Sarana Olahraga;
standar pengelolaan organisasi Keolahragaan;
standar penyelenggaraan Keolahragaan; dan
standar pelayanan minimal Keolahragaan.
Standar Nasional Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditingkatkan secara berencana dan berkelanjutan.
Standar N asional Keolahragaan digunakan sebagai acuan pengembangan Keolahragaan.
Pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian Standar Nasional Keolahragaan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas pu blik.
Bagian Kedua
Akreditasi
Pasal 94
Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan dan peringkat program pendidikan dan/atau pelatihan, Tenaga Keolahragaan, dan Organisasi Olahraga.
Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan membe rikan penilaian berdasarkan Standar Nasional Keolahragaan.
Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria objektif yang bersifat terbuka.
Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , ayat (2), dan ayat (3) dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau lembaga mandi ri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Bagian Ketiga
Sertifikasi
Pasal 95
Sertifikasi dilakukan untuk memberikan pengakuan atas pemenuhan Standar Nasional Keolahragaan.
Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menentu kan:
kompetensi Tenaga Keolahragaan;
kelayakan Prasarana Olahraga dan Sarana Olahraga; dan
kelayakan Organisasi Olahraga dalam melaksanakan tata kelola dan kejuaraan.
Hasil sertifikasi berbentuk sertifikat kompetensi dan sertifikat kelayakan yang dikeluark an oleh Pemerintah Pusat dan/atau lembaga mandiri yang berwenang serta Induk Organisasi Cabang Olahraga yang bersangkutan sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Sertifikat kompetensi diberikan kepada seseorang sebagai pengakuan setelah lulus uji kompetensi.
Dalam mengeluarkan sertifikat kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), lembaga mandiri yang berwenang wajib memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Pemerintah Pusat.
Sertifikat kelayakan diberikan kepada Organisasi Olahraga, Prasarana Olahraga, dan Sarana Olahraga.
Sertifikasi diselenggarakan dengan prinsip obyektif, transparan, mudah, dan terjangkau.
Pasal 96
Pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standardisasi, Akreditasi, dan Sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 sampai deng an Pasal 95 dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
Pasal 97
Ketentuan lebih lanjut mengenai standardisasi, Akreditasi, dan Sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 sampai dengan Pasal 96 diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB XVII
DOPING
Pasal 98
Setiap I nduk Organisasi Cabang Olahraga, lembaga/Organisasi Olahraga nasional, dan/atau Pelaku Olahraga wajib mematuhi peraturan anti- Doping.
Pemerintah Pusat membantu pendanaan organisasi anti-Doping nasional untuk tujuan kegiatan Keolahragaan yang bersih dari Do ping.
Organisasi anti-Doping nasional sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) merupakan satu-satunya organisasi anti-Doping nasional yang bersifat mandiri, profesional, objektif, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangan sesuai dengan perat uran organisasi anti-Doping dunia.
Pendanaan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan organisasi anti-Doping nasional bersumber dari:
anggaran pendapatan dan belanja negara;
anggaran pendapatan dan belanja daerah;
donasi masyarakat; dan/atau
sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Ketentuan mengenai struktur organisasi, kepengurusan, wewenang, tanggung jawab organisasi anti-Doping nasional ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangg a sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan organisasi anti-Doping dunia.
BAB XVIII
PENGHARGAAN OLAHRAGA DAN JAMINAN SOSIAL
Pasal 99
Setiap Olahragawan, Pelaku Olahraga, Organisasi Olahraga, lembaga pemerintah, swasta, badan usa ha, dan perseorangan yang berprestasi dan/atau berjasa dalam memajukan Olahraga diberi Penghargaan Olahraga.
Penghargaan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Organisasi Olahraga, organisasi lain, badan usaha , dan/atau perseorangan.
Pemberian Penghargaan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan memperhatikan data dan informasi yang terdapat dalam sistem data dan informasi Keolahragaan.
Penghargaan Olahraga dapat berbentuk pemb erian kemudahan, beasiswa, pekerjaan, kenaikan pangkat luar biasa, tanda kehormatan, kewarganegaraan, kesejahteraan, dan/atau bentuk penghargaan lain yang bermanfaat bagi penerima penghargaan.
Pemberian Penghargaan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 4) oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disertai dengan bimbingan keterampilan hidup kepada Olahragawan.
Pemberian Penghargaan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa beasiswa dan kesejahteraan diberikan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pem erintah Daerah secara keberlanjutan.
Pemerintah Pusat menetapkan standar pemberian Penghargaan Olahraga.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian, bentuk, pelaksanaan pemberian, dan standar pemberian Penghargaan Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (7) diatur denga Peraturan Presiden.
Pasal 100
Olahragawan dan Pelaku Olahraga diberikan perlindungan jaminan sosial.
Perlindungan jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosia l Nasional yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XIX
PENGAWASAN
Pasal 101
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat melakukan pengawasan atas penyelenggaraan Keolahragaan.
Pengawasan sebagaimana dimaksud pa da ayat (1) dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan melalui:
pengendalian internal;
koordinasi;
pelaporan;
monitoring; dan
evaluasi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XX
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 102
Penyelesaian sengketa Keolahragaan diupayakan melalui musyawarah dan mufakat yang dilakukan oleh Induk Or ganisasi Cabang Olahraga.
Dalam hal musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, para pihak yang bersengketa membuat suatu persetujuan tertulis mengenai penyelesaian sengketa yang akan dipilih.
Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
mediasi;
konsiliasi; atau
arbitrase.
Dalam hal mediasi dan konsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b dipilih para pihak yang bersengketa, para pihak dapat meminta bantuan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah untuk memfasilitasi proses mediasi dan konsiliasi .
Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilaksanakan oleh 1 (satu) badan arbitrase Keolahragaan yang bersifat mandiri dan putusann ya final dan mengikat, serta dibentuk berdasarkan piagam olimpiade.
Pemerintah Pusat memfasilitasi pembentukan badan arbitrase Keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XXI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 103
Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang tidak memenuhi persyaratan teknis kecabangan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dipidana dengan pid ana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
Penyelenggara kejuaraan Olahraga yang mendatangkan langsung massa penonton yang tidak mendapatkan rekomendasi dari Induk Organisasi Cabang Olahrag a yang bersangkutan dan tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.0 00,00 (satu miliar rupiah).
Setia p orang yang meniadakan dan/atau mengalihfungsikan Prasarana Olahraga yang telah menjadi aset/milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah tanpa rekomendasi Menteri dan tanpa izin atau tanpa persetujuan dari yang berwenang sebagaimana diatur dalam Pasal 7 3 ayat (8) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
BAB XXII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 104
Olahraga rekreasi atau yang disebut dengan nama lainnya yang sudah ad a pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, dinyatakan termasuk Olahraga Masyarakat .
BAB XXIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 105
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Keolahragaan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Badan Arbitrase Olahraga Indonesia dan Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia yang telah ada tetap menjalankan tugas dan fungsi masing-masing sampai dengan terbentuknya badan arbitrase Keolahragaan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 106
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dar i Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4535), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ket entuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 107
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.
Pasal 108
Pemerintah Pusat harus melaporkan pelaksanaan Undang- Undang ini kepa da Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia melalui alat kelengkapan dewan yang menangani bidang legislasi paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.
Pasal 109
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4535), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 110
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 16 Maret 2022
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WI DODO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Maret 2022 2021
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
Webmentions
Anda dapat memberikan tanggapan atas peraturan ini dengan like, retweet/repost pada tweet yang mencantumkan tautan pada laman ini.