Persetujuan Konvensi Hak-Hak Politik Kaum Wanita

Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1958

Kerangka<< >>

UNDANG‐UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG‐UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1958 TENTANG PERSETUJUAN KONVENSI HAK‐HAK POLITIK KAUM WANITA Menimbang  : Bahwa perlu konvensi hak‐hak politik kaum wanita disetujui dengan Undang‐ undang; Mengingat  :

a. Pasal‐pasal  89  dan  120  Undang‐undang  Dasar  Sementara  Republik Indonesia; b.  Pasal IV sub‐sub konvensi tersebut; Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG‐UNDANG  TENTANG  PERSETUJUAN  KONVENSI  HAK‐HAK  POLITIK KAUM WANITA. Pasal 1 Konvensi  hak‐hak  politik  kaum  wanita  tertanggal  20  Desember  1952  yang  salinannya dilampirkan pada Undang‐undang ini, bersama ini disetujui dengan mengadakan reservations/pengecualian sebagai tersebut pada pasal 2. Pasal 2 Kalimat  terakhir  pasal  VII  dan  pasal  IX  seluruhnya  konsepsi  hak‐hak  politik  kaum  wanita dianggap sebagai tidak berlaku bagi Indonesia. ‐   2   ‐ Pasal 3 Konvensi  tersebut  di  atas  mulai  berlaku  pada  hari  ke‐90  sesudah  tanggal  penempatan  surat ratifikasi pada Sekretariat Perserikatan Bangsa‐bangsa. Pasal 4 Undang‐undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar  supaya  setiap  orang  dapat  mengetahuinya,  memerintahkan  pengundangan  Undang‐ undang ini dengan penempatan dalam Lembaran‐Negara Republik Indonesia. Disahkan di: Jakarta pada tanggal 17 Juli 1958. Presiden Republik Indonesia, TTD SOEKARNO Diundangkan pada tanggal 28 Agustus 1958. Menteri Kehakiman. TTD G.A. MAENGKOM. Menteri Luar Negeri, TTD SUBANDRIO. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1958 NOMOR 119 MEMORI PENJELASAN UNDANG‐UNDANG NOMOR 68 TAHUN 1958 TENTANG PERSETUJUAN KONVENSI HAK‐HAK POLITIK KAUM WANITA A.  PENJELASAN UMUM. Undang‐undang Dasar Sementara Republik Indonesia menjamin hak‐hak yang sama dengan kaum pria bagi kaum wanita dalam segala lapangan. Wanita Indonesia pada waktu sekarang mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan apapun saja dalam segala aparat‐aparat Pemerintah. Juga hak untuk memilih dan dipilih kaum wanita dalam semua badan‐badan yang  dipilih  umum  telah  dijalankan  dan  telah  terbukti  dan  oleh  sebab  itu  Pemerintah Republik  Indonesia  dapat  menyetujui  maksud dan  tujuan Konvensi  Hak‐hak  Politik  Kaum Wanita  yang  pada  dasarnya  sejalan  dengan  Undang‐undang  Dasar  Sementara  Republik Indonesia. B.  PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal I Wanita  akan  mempunyak  hak  untuk  memberikan  suaranya  dalam  semua  pemilihan‐ pemilihan dengan syarat‐syarat yang sama dengan pria, tanpa suatu diskriminasi. Penjelasan Pasal ini sesuai dengan pasal 23 ayat 1, Undang‐undang Dasar Sementara Republik Indonesia, yang menyatakan; Setiap  warga‐negara  berhak  turut‐serta  dalam  pemerintahan  dengan  langsung  atau dengan  perantaraan  wakil‐wakil  yang  dipilih  dengan  bebas  menurut  cara  yang ditentukan oleh Undang‐undang". Pasal II Wanita akan dapat dipilih untuk pemilihan dalam semua badan‐badan pilihan umum, yang  didirikan  oleh  hukum  nasional,  dengan  syarat‐syarat  sama  dengan  pria,  tanpa suatu diskriminasi. ‐   4   ‐ Penjelasan: Pasal ini sesuai dengan pasal 60 Undang‐undang Dasar Sementara Republik Indonesia, yang menyatakan: "Yang boleh menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat ialah warga‐negara yang telah berusia  25  tahun  dan  bukan  orang  yang  tidak  diperkenankan  serta  dalam  atau menjalankan hak pilih ataupun orang yang haknya untuk dipilih telah dicabut". Pasal III Wanita akan mempunyai hak untuk menjabat jabatan umum dan menjalankan semua tugas‐tugas  umum,  yang  didirikan  oleh  hukum  nasional,  dengan  syarat‐syarat  sama dengan pria, tanpa diskriminasi. Penjelasan: Pasal  ini  sesuai  dengan  pasal  23  ayat  2  dari  Undang‐undang  Dasar Sementara Republik Indonesia, yang menyatakan. "Setiap warga‐negara dapat diangkat dalam tiap‐tiap jabatan Pemerintah". Pasal IV Tidak memerlukan penjelasan. Pasal V Tidak memerlukan penjelasan. Pasal VI Tidak memerlukan penjelasan. Pasal VII Indonesia  berpendirian  bahwa  konvensi  tetap  berlaku  diantara  Indonesia  dan  para peserta  yang  telah  meratifisir,  kecuali  mengenai  pasal  atau  pada  bagian  di  mana dinyatakan reservation oleh Indonesia atau oleh sesuatu negara. Dengan demikian Indonesia membuat reservation terhadap kalimat terakhir dari pasal VII. ‐   5   ‐ Pasal VIII Tidak memerlukan penjelasan. Pasal IX Indonesia  berpendirian  bahwa  persengketaan  yang  timbul  tentang  interpretasi  atau pelaksanaan dari konvensi ini diantara para anggota harus ditinjau sendiri‐sendiri dan terserah  kepada  anggota‐anggota  yang  bersangkutan  untuk  setiap  kali  menyatakan bersedia tidaknya soal tersebut diputuskan oleh Mahkamah Internasional (International Court of Justice). Pasal X Tidak memerlukan penjelasan. Pasal XI Tidak memerlukan penjelasan. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1958 NOMOR 1653 Diketahui Menteri Kehakiman, TTD G.A. MAENGKOM

Webmentions

Anda dapat memberikan tanggapan atas peraturan ini dengan like, retweet/repost pada tweet yang mencantumkan tautan pada laman ini.

Tanggapan (0):